Senin, 02 Desember 2019

Amalan Sunnah Nabi

Mendahulukan Kaki Kanan Saat Memakai Sandal Dan Kaki Kiri Saat Melepasnyan


Dalilnya diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhaariy rahimahullah :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا انْتَعَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِالْيَمِينِ وَإِذَا نَزَعَ فَلْيَبْدَأْ بِالشِّمَالِ لِيَكُنْ الْيُمْنَى أَوَّلَهُمَا تُنْعَلُ وَآخِرَهُمَا تُنْزَعُ

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullaah bin Maslamah, dari Maalik, dari Abu Az-Zinaad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika salah seorang dari kalian memakai sandal, maka hendaklah memulai dengan kaki yang kanan, dan apabila melepasnya hendaklah memulai dengan kaki yang kiri, agar yang kanan menjadi yang pertama kali mengenakan dan terakhir melepasnya.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 5856; Shahiih Muslim no. 2099]

Kamis, 28 November 2019

Dalam Kesulitan Ada Kemudahan

Dalam kesulitan Ada kemudahan


Berita Kita -Wahai manusia, setelah lapar ada kenyang, setelah haus ada kepuasan, setelah begadang ada tidur pulas, dan setelah sakit ada kesembuhan. Setiap yang hilang pasti ketemu, dalam kesesatan akan datang petunjuk, dalam kesulitan ada kemudahan, dan setiap kegelapan akan terang benderang. {Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya) atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya.}
(QS. Al-Maidah: 52)
Sampaikan kabar gembira kepada malam hari bahwa sang fajar pasti datang mengusirnya dari puncak-puncak gunung dan dasar-dasar lembah. Kabarkan juga kepada orang yang dilanda kesusahan bahwa, pertolongan akan datang secepat kelebatan cahaya-dan kedipan mata. Kabarkan juga kepada orang yang ditindas bahwa kelembutan dan dekapan hangat akan segera tiba.
Saat Anda melihat hamparan padang sahara yang seolah memanjang tanpa batas, ketahuilah bahwa di balik kejauhan itu terdapat kebun yang rimbun penuh hijau dedaunan.
Ketika Anda melihat seutas tali meregang kencang, ketahuilah bahwa, tali itu akan segera putus. Setiap tangisan akan berujung dengan senyuman, ketakutan akan berakhir dengan rasa aman, dan kegelisahan akan sirna oleh kedamaian. Kobaran api tidak mampu membakar tubuh Nabi Ibrahim a.s. Dan itu, karena pertolongan Ilahi membuka "jendela" seraya berkata:
{Hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.}
(QS. Al-Anbiya': 69)
Lautan luas tak kuasa menenggelamkan Kalimur Rahman (Musa a.s). Itu, tak lain karena suara agung kala itu telah bertitah, {Sekali-kali tidak akan tersusul. Sesungguhnya, Rabb-ku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.}
(QS. Asy-Syu'ara:: 62)
Ketika bersembunyi dari kejaran kaum kafir dalam sebuah gua, Nabi Muhammad s.a.w. yang ma'shum mengabarkan kepada Abu Bakar bahwa Allah Yang Maha Tunggal dan Maha Tinggi ada bersama mereka. Sehingga, rasa aman, tenteram dan tenang pun datang menyelimuti Abu Bakar.
Mereka yang terpaku pada waktu yang terbatas dan pada kondisi yang (mungkin) sangat kelam, umumnya hanya akan merasakan kesusahan, kesengsaraan, dan keputusasaan dalam hidup mereka. Itu, karena mereka hanya menatap dinding-dinding kamar dan pintu-pintu rumah mereka. Padahal, mereka seharusnya menembuskan pandangan sampai ke belakang tabir dan berpikir lebih jauh tentang hal-hal yang berada di luar pagar rumahnya.

Maka dari itu, jangan pernah merasa terhimpit sejengkalpun, karena setiap keadaan pasti berubah. Dan sebaik-baik ibadah adalah menanti kemudahan dengan sabar. Betapapun, hari demi hari akan terus bergulir, tahun demi tahun akan selalu berganti, malam demi malam pun datang silih berganti. Meski demikian, yang gaib akan tetap tersembunyi, dan Sang Maha Bijaksana tetap pada keadaan dan segala sifat-Nya. Dan Allah mungkin akan menciptakan sesuatu yang baru setelah itu semua. Tetapi sesungguhnya, setelah kesulitan itu tetap akan muncul kemudahan.

Jumat, 22 November 2019

Berhentilah Meremehkan Orang Lain





Berhentilah Meremehkan Orang Lain


Berita Kita-Pada suatu hari, seorang anak masuk ke dalam rumah makan yang sangat terkenal dan mahal. Dia masuk seorang diri dan memakai pakaian biasa saja, tidak seperti anak-anak lain yang memakai pakaian yang bagus. Anak itu duduk di salah satu kursi lalu mengangkat tangannya untuk memanggil salah satu pelayan.
Seorang pelayan perempuan menghampiri anak kecil itu lalu memberikan buku menu makanan. Pelayan tersebut agak heran mengapa anak kecil itu berani masuk ke dalam rumah makan yang mahal, padahal dari penampilannya, pelayan itu tidak yakin bahwa sang anak kecil mampu membayar makanan yang ada.
“Berapa harga es krim yang diberi saus strawberry dan cokelat?” tanya sang anak kecil.
Sang pelayan menjawab, “Lima puluh ribu,”
Anak kecil itu memasukkan tangan ke dalam saku celana lalu mengambil beberapa receh dan menghitungnya. Lalu dia kembali bertanya, “Kalau es krim yang tidak diberi saus strawberry dan cokelat?”
Si pelayan mengerutkan kening, “Dua puluh ribu,”
Sekali lagi anak kecil itu mengambil receh dari dalam saku celananya lalu menghitung. “Kalau aku pesan separuh es krim tanpa saus strawberry dan cokelat berapa?”
Kesal dengan kelakuan pembeli kecil itu, pelayan menjawab dengan ketus, “Sepuluh ribu!”
Sang anak lalu tersenyum, “Baiklah aku pesan itu saja, terima kasih!”
Pelayan itu mencatat pesanan lalu menyerahkan pada bagian dapur lalu kembali membawa es krim pesanan. Anak itu tampak gembira dan menikmati es krim yang hanya separuh dengan suka cita. Dia melahap es krim sampai habis. Kemudian sang pelayan kembali datang memberikan nota pembayaran.
“Semua sepuluh ribu bukan?” tanya anak itu lalu membayar es krim pesanannya dengan setumpuk uang receh. Wajah sang pelayan tampak masam karena harus menghitung ulang receh-receh itu. Lalu sang anak mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu dari saku celana belakangnya, “dan ini tips untuk Anda!” ujar sang anak sambil menyerahkan selembar uang tersebut untuk si pelayan.
Ada kalanya kita tidak melihat apa yang melekat pada tubuh seseorang saja sebagai penilaian. Bukan hal yang bagus untuk meremehkan seseorang karena melihat penilaian dari luar, Anda tidak akan pernah tahu pada beberapa waktu yang akan datang, seseorang yang Anda remehkan bisa jadi merupakan pengantar rejeki yang tak terduga.

Biografi Istri Rasulullah





Zainab binti Jahsy


Berita Kita- Pernikahan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam dengan Zainab binti Jahsy didasarkan pada perintah Allah sebagai jawaban terhadap tradisi jahiliah. Zainab binti Jahsy adalah istri Rasulullah yang berasal dan kalangan kerabat sendiri. Zainab adalah anak perempuan dari bibi Rasulullah, Umaimah binti Abdul Muththalib. Beliau sangat mencintai Zainab.
Nasab dan Masa Pertumbuhannya
Nama lengkap Zainab adalah Zainab binti Jahsy bin Ri’ab bin Ya’mar bin Sharah bin Murrah bin Kabir bin Gham bin Dauran bin Asad bin Khuzaimah. Sebelum menikah dengan Rasulullah, namanya adalah Barrah, kemudian diganti oleh Rasulullah menjadi Zainab setelah menikah dengan beliau. Ibu dari Zainab bernama Umaimah binti Abdul-Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai. Zainab dilahirkan di Mekah dua puluh tahun sebelum kenabian. Ayahnya adalah Jahsy bin Ri’ab. Dia tergolong pernimpin Quraisy yang dermawan dan berakhlak baik. Zainab yang cantik dibesarkan di tengah keluarga yang terhormat, sehingga tidak heran jika orang-orang Quraisy menyebutnya dengan perempuan Quraisy yang cantik.
Zainab termasuk wanita pertama yang memeluk Islam. Allah pun telah menerangi hati ayah dan keluarganya sehingga memeluk Islam. Dia hijrah ke Madinah bersama keluarganya. Ketika itu dia masih gadis walaupun usianya sudah layak menikah.
Pernikahannya dengan Zaid bin Haritsah
Terdapat beberapa ayat Al-Qur’an yang memerintahkan Zainab dan Zaid melangsungkan pernikahan. Zainab berasal dan golongan terhormat, sedangkan Zaid bin Haritsah adalah budak Rasulullah yang sangat beliau sayangi, sehingga kaum muslimin menyebutnya sebagai orang kesayangan Rasulullah. Zaid berasal dari keluarga Arab yang kedua orang tuanya beragama Nasrani. Ketika masih kecil, dia berpisah dengan kedua orang tuanya karena diculik, kemudian dia dibeli oleh Hakam bin Hizam untuk bibinya, Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu ‘anha, lalu dihadiahkannya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Ayah Zaid, Haritsah bin Syarahil, senantiasa mencarinya hingga dia mendengar bahwa Zaid berada di rumah Rasulullah. Ketika Rasulullah menyuruh Zaid memilih antara tetap bersama beliau atau kembali pada orang tua dan pamannya, Zaid berkata, “Aku tidak menginginkan mereka berdua, juga tidak menginginkan orang lain yang engkau pilihkan untukku. Engkau bagiku adalah ayah sekaligus paman.” Setelah itu, Rasulullah mengumumkan pembebasan Zaid dan pengangkatannya sebagai anak. Ketika Islam datang, Zaid adalah orang yang pertama kali memeluk Islam dari kalangan budak. Dia senantiasa berada di dekat Nabi, terutama setelah dia meninggalkan Mekah, sehingga beliau sangat mencintainya, bahkan beliau pernah bersabda tentang Zaid,
“Orang yang aku cintai adalah orang yang telah Allah dan aku beri nikmat. (HR. Ahmad)
Allah telah memberikan nikmat kepada Zaid dengan keislamannya dan Nabi telah memberinya nikmat dengan kebebasannya. Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, beliau mempersaudarakan Zaid dengan Hamzah bin Abdul Muththalib. Dalam banyak peperangan, Zaid selalu bersama Rasulullah, dan tidak jarang pula dia ditunjuk untuk menjadi komandan pasukan. Tentang Zaid, Aisyah pernah berkata, “Rasulullah tidak mengirimkan Zaid ke medan perang kecuali selalu menjadikannya sebagai komandan pasukan, Seandainya dia tetap hidup, beliau pasti menjadikannya sebagai pengganti beliau.”
Masih banyak riwayat yang menerangkan kedudukan Zaid di sisi Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Sesampainya di Madinah beliau meminang Zainab binti Jahsy untuk Zaid bin Haritsah. Semula Zainab membenci Zaid dan menentang menikah dengannya, begitu juga dengan saudara laki-lakinya. Menurut mereka, bagaimana mungkin seorang gadis cantik dan terhormat menikah dengan seorang budak? Rasulullah menasihati mereka berdua dan menerangkan kedudukan Zaid di hati beliau, sehingga turunlah ayat kepada mereka: “Dan tidaklah patut bagi laki -laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.“ (Q.S. Al-Ahzab: 36)
Akhirnya Zainab menikah dengan Zaid sebagai pelaksanaan atas perintah Allah, meskipun sebenarnya Zainab tidak menyukai Zaid. Melalui pernikahan itu Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam ingin menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan di antara manusia kecuali dalam ketakwaan dan amal perbuatan mereka yang baik. Pernikahan itu pun bertujuan untuk menghilangkan tradisi jahiliyah yang senang membanggakan diri dan keturunan. Akan tetapi, Zainab tetap tidak dapat menerima pernikahan tersebut karena ada perbedaan yang jauh di antara mereka berdua. Di depan Zaid, Zainab selalu membangga-banggakan dirinya sehingga menyakiti hati Zaid. Zaid menghadap Rasulullah untuk mengadukan perlakukan Zainab terhadap dirinya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menyuruhnya untuk bersabar, dan Zaid pun mengikuti nasihat beliau. Akan tetapi, dia kembali menghadap Rasulullah dan menyatakan bahwa dirinya tidak mampu lagi hidup bersama Zainab.
Mendengar itu, beliau bersabda, “Pertahankan terus istrimu itu dan bertakwalah kepada Allah.” Kemudian beliau mengingatkan bahwa pernikahan itu merupakan perintah Allah. Beberapa saat kemudian turunlah ayat, “Pertahankan terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah.” Zaid berusaha menenangkan diri dan bersabar, namun tingkah laku Zainab sudah tidak dapat dikendalikan, akhirnya terjadilah talak. Selanjutnya, Zainab dinikahi Rasulullah.
Prinsip dasar yang melatarbelakangi pernikahan Rasulullah dengan Zainab binti Jahsy adalah untuk menghapuskan tradisi pengangkatan anak yang berlaku pada zaman jahiliah. Artinya, Rasulullah ingin menjelaskan bahwa anak angkat tidak sama dengan anak kandung, seperti halnya Zaid bin Haritsah yang sebelum turun ayat Al-Qur’an telah diangkat sebagai anak oleh beliau. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
“Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka,’ itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudara seagama dan maula-maulamu.” (QS. Al-Ahzab:5)
Karena itu, seseorang tidak berhak mengakui hubungan darah dan meminta hak waris dan orang tua angkat (bukan kandung). Karena itulah Rasulullah menikahi Zainab setelah bercerai dengan Zaid yang sudah dianggap oleh orang banyak sebagai anak Muhammad. Allah telah menurunkan wahyu agar Zaid menceraikan istrinya kemudian dinikahi oleh Rasulullah. Pada mulanya Rasulullab tidak memperhatikan perintah tersebut, bahkan meminta Zaid mempertahankan istrinya. Allah memberikan peringatan sekali lagi dalam ayat:
“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya, ‘Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah, ‘sedang kamu menyembunyikan dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah- lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak- anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluan daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.“ (QS. Al-Ahzab:37)
Ayat di atas merupakan perintah Allah agar Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam menikahi Zainab dengan tujuan meluruskan pemahaman keliru tentang kedudukan anak angkat.
Menjadi Ummul-Mukminin
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengutus seseorang untuk mengabari Zainab tentang perintah Allah tersebut. Betapa gembiranya hati Zainab mendengar berita tersebut, dan pesta pernikahan pun segera dilaksanakan serta dihadiri warga Madinah.
Zainab mulai memasuki rumah tangga Rasulullah dengan dasar wahyu Allah. Dialah satu-satunya istri Nabi yang berasal dari kerabat dekatnya. Rasulullah tidak perlu meminta izin jika memasuki rumah Zainab sedangkan kepada istri-istri lainnya beliau selalu meminta izin. Kebiasaan seperti itu ternyata menimbulkan kecemburuan di hati istri Rasul lainnya. Orang-orang munafik yang tidak senang dengan perkembangan Islam membesar-besarkan fitnah bahwa Rasulullah telah menikahi istri anaknya sendiri. Karena itu, turunlah ayat yang berbunyi,
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi…. “ (Qs. Al-Ahzab: 40)
Zainab berkata kepada Nabi, “Aku adalah istrimu yang terbesar haknya atasmu, aku utusan yang terbaik di antara mereka, dan aku pula kerabat paling dekat di antara mereka. Allah menikahkanku denganmu atas perintah dari langit, dan Jibril yang membawa perintah tersebut. Aku adalah anak bibimu. Engkau tidak memiliki hubungan kerabat dengan mereka seperti halnya denganku.” Zainab sangat mencintai Rasulullah dan merasakan hidupnya sangat bahagia. Akan tetapi, dia sangat pencemburu terhadap istri Rasul lainnya, sehingga Rasulullah pernah tidak tidur bersamanya selama dua atau tiga bulan sebagai hukuman atas perkataannya yang menyakitkan hati Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab wanita Yahudiyah itu.
Zainab bertangan terampil, menyamak kulit dan menjualnya, juga mengerjakan kerajinan sulaman, dan hasilnya diinfakkan di jalan Allah.
Wafatnya
Zainab binti Jahsy adalah istri Rasulullah yang pertama kali wafat menyusul beliau, yaitu pada tahun kedua puluh hijrah, pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, dalam usianya yang ke-53, dan dimakamkan di Baqi. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa Zainab berkata menjelang ajalnya, “Aku telah menyiapkan kain kafanku, tetapi Umar akan mengirim untukku kain kafan, maka bersedekahlah dengan salah satunya. Jika kalian dapat bersedekah dengan semua hak-hakku, kerjakanlah dari sisi yang lain.” Semasa hidupnya, Zainab banyak mengeluarkan sedekah di jalan Allah.
Tentang Zainab, Aisyah berkata, “Semoga Allah mengasihi Zainab. Dia banyak menyamaiku dalam kedudukannya di hati Rasulullah. Aku belum pernah melihat wanita yang lebih baik agamanya daripada Zainab. Dia sangat bertakwa kepada Allah, perkataannya paling jujur, paling suka menyambung tali silaturahmi, paling banyak bersedekah, banyak mengorbankan diri dalam bekerja untuk dapat bersedekah, dan selalu mendekatkan diri kepada Allah. Selain Saudah, dia yang memiliki tabiat yang keras.”
Semoga Allah memberikan kemuliaan kepadanya (Sayyidah Zainab Binti Jahsy) di akhirat dan ditempatkan bersama hamba-hamba yang saleh. Amin.
Sumber : MYQuran.com

Senin, 18 November 2019

Ucapan Doa Kesembuhan Untuk Menjenguk Mendoakan Orang Sakit

Ucapan Doa Kesembuhan Untuk Menjenguk Mendoakan Orang Sakit

Berita Kita- Menjadi satu satunya agama yang sempurna, islam sangat meng anjurkan
kepada setiap penganutnya untuk saling menghargai kebersamaan, menjaga
tali silaturahmi, menjaga kekerabatan dan lain sebagainya seperti bisa
di contohkan dengan cara menjenguk orang yang sedang sakit. Aktivitas
dari saling men jenguk ketika ada saudara atau tetangga yang sedang
sakit tidak hanya sebagai rutinas dari budaya umat islam yang baru
muncul beberapa waktu saja tetapi sudah ada dari zaman baginda rosul saw.

Sikap atau aktivitas baginda rasul saw selama hidupnya yang selalu
menjenguk orang sakit bahkan beliau tidak hanya melakukannya pada umat
islam saja tetapi juga kerap kali mengunjungi orang non muslim yang
sedang tertimpa musibah, tentu hal seperti ini sangat patut kita contoh
sebagai umatnya karena selain dalam rangka memupuk tali persaudaraan
antar sesama manusia, juga menjenguk orang sakit juga memiliki hikmah
yang sangat besar baik itu untuk si penjenguknya atau orang yang di
jenguknya, serta memiliki makna syiar yang begitu tinggi di dalamnya

Tetapi selain menjenguk orang sakit bisa menumbuhkan tali persaudaraan
dan kebersaamaan semakin kuat, ada salah satu manfaat yang cukup baik
bagi si penjenguk yaitu selain mendoakan dari jauh setelah bacaan sholat
juga bisa dengan bacaan
khusus atau shalawat istighfar dan yang lainnya. Juga orang yang
menjenguk bisa meminta untuk di doakan kepada yang di jenguk. kenapa
bisa begitu, kerana biasanya orang yang sedang sakit, hati dan
pikirannya akan lebih sering ingat kepada allah setiap waktu sehingga
memungkinkan doa pun akan lebih cepat di kabulkannya, apalagi terdapat
dalam salah satu hadits yang bunyinya.



عن عمر بن الخطاب رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
إذا دخلت على مريض فمره فليدع لك، فإن دعاءه كدعاء الملائكة

“Umar bin Khatab berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Bila kamu
mengunjungi orang sakit, mintalah ia untuk mendoakanmu, karena
sesungguhnya doa mereka sama dengan doa malaikat.” (HR: Ibn Majah, dan
lain-lain). Hadits ini di kutip oleh imam al-Nawawi dalam kitabnya
al-Azkar yang menunjukan pada kita bahwa selain mendoakan orang yang
sedang sakit juga kita minta untuk di doakan olehnya karena doa orang
yang sakit hampir menyamai dengan doanya para malaikatnya allah swt.

Maka melihat penjelasan di atas, tidaklah heran apabila baginda nabi saw
selalu menjenguk orang yang sedang sakit terutama beliau lakukan setelah
selesai shalat jum’at. Ternyata banyak hikmah yang bisa di ambil dari
saling mengunjungi orang sakit selain menunjukan rasa kekerabatan,
menjadi motivasi kepada yang sedang sakit juga kita sebagai penjenguk
bisa meminta di doakan yang mana di jelaskan pada hadits di atas untuk
keutamaannya. maka dari itu marilah untuk selalu menjenguk yang sakit
meski bukan saudara atau kerabat. Dan berikut adalag doanya.

*Doa Untuk Orang Sakit*

اللَّهُمَّ أَذْهِبِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ وَاشْفِ فَأَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَآءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ
يُغَادِرُ سَقَمًا * رواه الترمذى 3488

Allahumma adzhibil ba’sa rabbannaasi wasyfi fa antassyaafi laa syifaa a
illa syifaa uka syifaal laa yughaadiru saqoma.

Artinya : Ya Allah semoga engkau menghilangkan penyakit wahai Tuhan
manusia, dan berilah kewarasan, sebab Engkau adalah Dzat yang memberi
kewarasan, tiada obat kecuali obat Engkau yang menghilangkan penyakit.

untuk menjengkuk orang yang sedang sakit usahakan mencari waktu yang
lebih tepat, serta tidak terlalu lama di tempat agar tidak menganggu
istirahatnya orang sakit dan usahakan jaga bahasa dan kata. Lalu
silahkan amalkan doa untuk orang sakit di
atas setiap sedang menjenguk siapa saja

Besarnya Kasih Sayang Allah


‪Besarnya Kasih Sayang Allah


Allah : "Hambaku, bangunlah ! Lakukan Shalat Malam 11 Rakaat !"
Hamba : "Illahi, aku lelah, tidak sanggup rasanya."
Allah : "Hambaku, lakukan 2 rakaat saja dan 1 rakaat witir saja!"
Hamba : "Illahi, aku lelah dan rasanya sulit bagiku untuk bangun di tengah malam."
Allah : "Hambaku shalat witir saja.."
Hamba : "Illahi, hari ini capek sekali, apa tidak ada cara lain ?"
Allah : "Hambaku, Wudhulah sebelum tidur lalu menatap ke langit katakan Ya Allah......"
Hamba : "Illahi, aku sudah ngantuk kalau aku bangun nanti ngantuknya hilang."
Allah : "hambaku, tayammum saja di tempat tidur mu dan katakan Ya Allah....."
Hamba : "Illahi, udara terasa dingin sekali, aku tak sanggup mengeluarkan tanganku dari dalam selimut."
Allah : "Hambaku, kalau begitu sebut saja dalam hati ya Allah dan akan kami hitung itu sebagai Shalat malam."
Sampai disini si hamba sudah tidak peduli karena tertidur pulas.
Allah : "Lihatlah wahai Malaikatku, bagaimana telah aku mudahkan semua baginya, akan tetapi dia pergi dariku dan tidur tanpa meninggalkan apapun..!
Bila datang waktu Subuh bangunkan dia agar dia bermunajat padaku, Karena aku merindukan suaranya."
Malaikat : "Ya Illahi, telah kami bangunkan dia tapi dia kembali tidur."
Allah : "Bisikkan di telinganya bahwa aku menantinya."
Malaikat : "Illahi, dia tetap tidur."
Allah : " katakan, sudah azan sebentar lagi matahari terbit. Bangunlah sebelum habis waktu subuh."
Malaikat : "Illahi, apa Engkau tidak ingin marah padanya ?"
Allah : "Hambaku tidak memiliki siapapun selain Aku, semoga suatu saat dia bertobat., ketika engkau Shalat aku menyimak dan memandangmu, seakan aku tidak memiliki hamba selainmu...
Namun engkau lalai seakan kau memiliki ratusan Tuhan.."
Betapa Penyayangnya Engkau Ya Roob....
Betapa Pengampunnya Engkau Ya Allah....
Betapa Agungnya Engkau Ya Ilahi....
Ampuni kami hambaMu yang lemah ini.

(Penjabaran dr QS. Al- Muzzamil ayat 1)

Sabtu, 16 November 2019

Janganlah Menunda Taubat Mu

Janganlah‬‬ Menunda Taubat Mu

Dari Abu Sa’id (Sa’ad bin Malik bin Sinan) al-Khudry berkata: Rasululla Saw bersabda, “Pernah terjadi pada umat terdahulu seseorang yang telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa kemudian ingin bertaubat maka ia pun mencari seorang alim lalu ditunjukkan kepadanya seorang pendeta maka ia pun bertanya, “Sesungguhnya saya telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa apakah ada jalan bagiku untuk bertaubat?” Jawab pendeta, “Tidak ada” Seketika pendeta itupun dibunuhnya sehingga genaplah seratus orang yang telah dibunuhnya. Kemudian ia mencari orang alim lainnya dan ketika telah ditunjukkan iapun menerangkan bahwa ia telah membunuh seratus orang apakah ada jalan untuk bertaubat? Jawab si alim, “Ya, ada dan siapakah yang dapat menghalangimu untuk bertaubat? Pergilah ke dusun itu karena di sana banyak orang-orang yang taat kepada Allah. Maka berbuatlah sebagaimana perbuatan mereka dan jangan kembali ke negerimu ini karena negerimu ini adalah tempat penjahat.” Maka pergilah orang itu tetapi di tengah perjalanan mendadak ia mati. Maka bertengkarlah Malaikat rahmat dengan Malaikat siksa. Malaikat rahmat berkata, “Ia telah berjalan untuk Bertaubat kepada Allah dengan sepenuh hatinya.” Malaikat siksa berkata, “Ia belum pernah berbuat kebaikan sama sekali.” Maka datanglah seorang Malaikat berupa manusia yang menjadi juru penengah (hakim) diantara mereka. Ia berkata, “Ukur saja jarak antara dusun yang ditinggalkan dan yang dituju maka kemana ia lebih dekat, masukkanlah ia kepada golongan orang sana. Maka diukurlah kedua jarak itu dan ternyata lebih dekat kepada dusun orang-orang baik yang dituju, kira-kira terpaut sejengkal. Maka dipeganglah ruhnya oleh Malaikat rahmat.” (Bukhari – Muslim)
Sungguh Allah maha Pengasih & penerima taubat hambanya dan tidak sedikitpun mendzoliminya.

Wallohu'alam.

Jumat, 15 November 2019

Kisah Sahabat Nabi




Seorang Yang Menginginkan Berjihad


Seorang lelaki datang kepada Nabi SAW dan berkata, "Wahai Rasulullah, saya telah memeluk Islam, dan saya berba'iat kepada tuan untuk berhijrah dan berjihad, semata-mata untuk mengharapkan pahala dari Allah Ta'ala…!!"

Nabi SAW yang memang mempunyai pandangan tembus yang tidak terhalang hijab, tentu saja semua berkat pemberitahuan dan bimbingan wahyu yang disampaikan oleh Jibril AS, seketika tersenyum melihat semangat lelaki tersebut dan berkata, "Apakah masih ada salah satu dari orang tuamu yang masih hidup?"

"Masih, ya Rasulullah, bahkan kedua-duanya masih hidup!!" Kata lelaki tersebut.

"Kamu ingin memperoleh pahala yang besar dari Allah?" Kata Nabi SAW, tanpa ingin mematahkan semangat lelaki tersebut yang menyala-nyala.

"Benar, Ya Rasulullah..!!"

"Kembalilah kamu kepada kedua orang tuamu," Kata Nabi SAW, "Layanilah mereka sebaik-baiknya, pada mereka sajalah kamu berjihad…!!"

Inilah memang sikap bijaksana Nabi SAW. Dalam pandangan beliau, lelaki itu akan lebih bermanfaat jika tetap menjaga dan merawat kedua orang tuanya, daripada harus terjun di medanpertempuran. Tetapi secara umum, jika ada seorang muslim yang ingin bergabung dalam pasukan yang terjun ke medanjihad, beliau lebih sering menerimanya, bahkan mendoakan mereka dengan kebaikan.

Kasus ini hampir sama dengan yang terjadi pada Uwais al Qarany, seorang Tabi'in yang sebenarnya hidup sezaman dengan Nabi SAW, tetapi "tidak sempat" mengunjungi dan bertemu dengan Nabi SAW. Sebenarnyalah ia meminta ijin kepada ibunya untuk mengunjungi dan berba'iat kepada Nabi SAW di Madinah, tetapi ibunya mencegah kepergiannya dan ia patuh.

Memang, ibunya tersebut telah tua dan sakit-sakitan, tidak bisa beraktivitas apapun kecuali dengan bantuan Uwais. Tidak ada orang lain yang bisa diandalkan untuk membantunya kecuali anak satu-satunya tersebut. Kalau Uwais harus meninggalkan daerah Qaran di Yaman menuju Madinah, padahal akan makan waktu berhari-hari atau bahkan berbilang bulan, bagaimana keadaan ibunya tersebut. Terpaksalah Uwais harus memendam kerinduannya bertemu Nabi SAW demi patuh kepada ibunya.

Dan pena takdir menentukan ia tidak bisa bertemu langsung dengan Nabi SAW, ia baru bisa ikut haji ke Makkah setelah ibunya wafat, yakni ketika masa khalifah Umar bin Khaththab. Namun bertahun-tahun sebelumnya, Nabi SAW memuji sikap Uwais al Qarany ini, beliau bersabda, "Penghulu (sayyid) para Tabi'in adalah Uwais al Qarany…!!" Beliau juga mewasiatkan kepada Umar dan Ali bin Abi Thalib untuk menemui Uwais, dan memintakan doa ampunan untuk mereka. Dalam riwayat lain, memintakan doa ampunan untuk ummat Nabi SAW keseluruhannya. Lihat juga pujian Nabi SAW atas Uwais dalam kisah "Seorang Raja di Surga", di bagian sebelumnya dari buku ini.

Mengembalikan Semua Urusan Kepada Allah

Mengembalikan semua urusan kepada Allah


Seorang manusia seberapa pun sedih dan merananya di dunia ini, tidak ada yang lain kecuai sesuatu yang telah di takdirkan baginya oleh Allah Azza wa jalla, maka jika dia telah berusaha dengan segala kemampuannya, meminta nasehat kesana kemari pada orang yang dia percayai, sholat istikharoh juga sudah di kerjakan, namun semua perkaranya berada di tangan Allah Azza wa jalla, yang mengatur segala urusan makhlukNya sesuai dengan apa yang di kehendakiNya. Oleh karena itu selalu berbaik sangkalah pada hukum dan ketentuan Allah Azza wa jalla, terlebih jika dirimu telah berusaha sekuat tenaga. Memujilah kepada Allah Ta'ala yang telah memberi takdir pada setiap perkara, dan wajib bagimu merasa bahagia dan senang karena dirimu bisa kembali untuk berpegang pada tiang yang kokoh dan pada Rabb yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Lihatlah keadaan Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam ketika dirinya merasa sedih sekali tatkala di tolak oleh kaumnya setelah usaha dan kemampuan yang beliau korbankan untuk mendakwahi mereka, maka Allah Azza wa jalla berfirman kepada beliau, dengan firmanNya:

"Maka Apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu Dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan) ? Maka Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; Maka janganlah dirimu binasa karena Kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.". QS Faathir: 8.

Kamis, 14 November 2019

Iman Teguh, Ilmu Bertambah

Iman Teguh,Ilmu Bertambah

ALLAH SWT telah menganugerahkan akal dan pikiran kepada kita selaku manusia ciptaan-Nya. Hal ini bukan hanya untuk penghias diri dan pembeda saja, melainkan untuk digunakan semaksimal mungkin. Salah satunya untuk mencari ilmu. Ya, ilmu adalah sesuatu yang sangat penting bagi diri kita.
Untuk dapat melakukan segala sesuatu, maka diperlukan ilmunya. Oleh sebab itu, tidak salah lagi bahwa ilmu harus lebih dahulu daripada amal atau perbuatan. Yaitu bekas yang terlukis di otak orang yang berilmu di dalam perkara yang telah diketahuinya. Ibarat seorang tukang gambar yang hendak memulai melukiskan gambarnya, lebih dahulu telah ada rupa gambar itu di dalam otaknya, barulah dilukiskannya.
Tetapi iman atau kepercayaan lebih tua pula dari ilmu. Iman adalah menjadi dasar dari ilmu. Itulah sebabnya, nabi-nabi lebih dahulu menanamkan iman daripada menyiarkan ilmu. Ayat-ayat yang diturunkan Allah di Mekkah lebih banyak mengandung rasa iman, dan yang diturunkan di Madinah lebih banyak mengandung ilmu.
Setelah sempurna iman, mereka disuruh membenarkan, setelah itu dikemukakan segala macam alasan dan dalil, disuruh pula mengiaskan kepada perkara-perkara yang lain. Perkataa ini dikuatkan oleh sahabat Juandab. Dia berkata bahwa sebelum mereka dewasa, lebih dahulu mereka diajarkan iman dan setelah itu baru diajarkan Quran, dan barulah pelajaran iman itu bertambah-tambah.
Permulaan iman itu didengarkan dengan telinga. Setalah mafhum pendengaran, barulah diikrarkan dengan lidah. Apabila telah diikrarkan dengan lidah, maka iman yang telah ada di dalam hati itu bertambah teguhlah. Apabila iman telah teguh, ilmupun bisa pula bertambah, bertambah lama bertambah banyak. Karena pendengaran dengan telinga dan ucapan dengan mulut tidaklah akan bermanfaat kalau urat keyakinan dan makrifat yg ada dalam hati tidak terhujam kuat.

wallahu a'lam
Iman Teguh,Ilmu Bertambah

ALLAH SWT telah menganugerahkan akal dan pikiran kepada kita selaku manusia ciptaan-Nya. Hal ini bukan hanya untuk penghias diri dan pembeda saja, melainkan untuk digunakan semaksimal mungkin. Salah satunya untuk mencari ilmu. Ya, ilmu adalah sesuatu yang sangat penting bagi diri kita.
Untuk dapat melakukan segala sesuatu, maka diperlukan ilmunya. Oleh sebab itu, tidak salah lagi bahwa ilmu harus lebih dahulu daripada amal atau perbuatan. Yaitu bekas yang terlukis di otak orang yang berilmu di dalam perkara yang telah diketahuinya. Ibarat seorang tukang gambar yang hendak memulai melukiskan gambarnya, lebih dahulu telah ada rupa gambar itu di dalam otaknya, barulah dilukiskannya.
Tetapi iman atau kepercayaan lebih tua pula dari ilmu. Iman adalah menjadi dasar dari ilmu. Itulah sebabnya, nabi-nabi lebih dahulu menanamkan iman daripada menyiarkan ilmu. Ayat-ayat yang diturunkan Allah di Mekkah lebih banyak mengandung rasa iman, dan yang diturunkan di Madinah lebih banyak mengandung ilmu.
Setelah sempurna iman, mereka disuruh membenarkan, setelah itu dikemukakan segala macam alasan dan dalil, disuruh pula mengiaskan kepada perkara-perkara yang lain. Perkataa ini dikuatkan oleh sahabat Juandab. Dia berkata bahwa sebelum mereka dewasa, lebih dahulu mereka diajarkan iman dan setelah itu baru diajarkan Quran, dan barulah pelajaran iman itu bertambah-tambah.
Permulaan iman itu didengarkan dengan telinga. Setalah mafhum pendengaran, barulah diikrarkan dengan lidah. Apabila telah diikrarkan dengan lidah, maka iman yang telah ada di dalam hati itu bertambah teguhlah. Apabila iman telah teguh, ilmupun bisa pula bertambah, bertambah lama bertambah banyak. Karena pendengaran dengan telinga dan ucapan dengan mulut tidaklah akan bermanfaat kalau urat keyakinan dan makrifat yg ada dalam hati tidak terhujam kuat.

wallahu a'lam

Minggu, 03 Maret 2019

Fatwa Anjing Pak Kyai

FATWA ANJING PAK KYAI

By:  fahmi amhar

Anjing Bernasab Mulia

Siang itu kampung Situ Gunung lagi heboh. Perkaranya, karena ada seorang pemilik anjing yang binatang peliharaannya tersebut mati. Tapi yang bikin heboh bukan gegara matinya anjing tersebut. Si pemilik anjing bersikeras untuk mengkafani anjingnya dan menyolatkannya di musholla kampung tersebut. Tentu saja penduduk kampung menolak dengan keras permintaan majikan anjing itu.

Untuk merendahkan tensi yang sedang memanas di kampung tersebut sekaligus untuk menyelesaikan permasalahan secara baik², lalu dipanggillah seorang Kyai kondang di kampung itu. Kyai tersebut akan dimintakan fatwa dan pendapatnya perihal perkara anjing mati yang bikin heboh ini. Tak pake lama, di kejauhan nampaklah sang Kyai sedang berjalan tergopoh² bersama warga yang menjemputnya.

Begitu tiba di TeKaPe, Kyai langsung bertanya, "Mana pemilik anjing mati yang sudah dikafani ini?"

Seorang pria paruh baya maju dan berkata, "Saya pak Kyai."

"Atas dasar apa kamu minta anjing kamu itu dikafani lalu disholatkan sebelum dikubur? Dia kan binatang dan bukan manusia. Selain itu tak ada ajarannya dalam agama kita menyolatkan binatang yang mati!" Tegas sang Kyai.

Dengan terbata² pemilik anjing berucap, "T..t..tapi Kyai, ini adalah wasiat dari anjing saya... "

"Bohong kamu... Itu tidak mungkin. Mana mungkin anjing bisa berwasiat!" Sergah pak Kyai memotong ucapan pemilik anjing.

"Selain itu anjing saya ini juga berwasiat agar saya menyerahkan uang 100juta kepada siapapun yang menjadi imam sholatnya," jawab pemilik anjing melanjutkan kalimatnya yang tadi terpotong.

Tak diduga, sang Kyai tiba² berkata, "Jika demikian, siapkan proses sholat mayyit dan ajak warga untuk menyolatkan anjingmu itu."

Tentu saja warga semakin heboh demi mendengar jawaban Kyai yang demikian absurd dan aneh. Tapi warga tak ada yang berani menentang Kyai kondang tersebut. Sebagian dari merekapun berbaris di belakang Kyai membentuk shaf sholat jenazah.

Setelah selesai sholat, ada seorang warga yang memberanikan dirinya untuk bertanya pada Kyai tersebut, "Pak Kyai, nuwun sewu pak... Kenapa pak Kyai jadi berubah pikiran dan setuju untuk menyolatkan anjing itu?"

"Setelah saya telisik dengan seksama, ternyata anjing itu masih memiliki nasab mulia dari anjing milik pemuda Ashabul Kahfi," jawab Kyai setelah mengambil nafas panjang.

Wargapun hanya bisa mengangguk²kan kepalanya, entah tanda mengerti atau sekedar ikut²an saja.
--------------------------
.
Terkadang rusaknya ajaran agama bukan karena tak ada lagi yang memahami atau mengetahuinya. Tapi justru datang dari orang² yang lebih faham namun karena 'desakan' kebutuhan duniawi, maka ia rela mengorbankan ajaran agamanya demi tercapainya ambisi walaupun harus menjerumuskan orang banyak dalam lembah kesesatan.


Jumat, 01 Maret 2019

malaikat akan mendo'akan dan mengaminkan kepada orang orang berikut ini

malaikat akan mendo'akan dan mengaminkan kepada orang orang berikut ini
Malaikat adalah salah satu mahluk ciptaan Allah yang mulia, Dia tidak pernah membantah apa perintah Allah dan tidak pernah melanggar semua larangannya. Oleh sebab itu doa para malaikat adalah doa yang didengar oleh Allah, Nah Siapa-siapa saja yang berhak atau sering didoakan oleh malaikat??ini dia oranggnya:
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa, Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci”.
(Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’”
(Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)
3. Orang-orang  yang berada di shaf barisan depan shalat berjama ah
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang-orang) yang berada pada shaf-shaf terdepan” (Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib ra, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
4. Orang² yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan shaf kosong)
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf – shaf”
(Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)
5. Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.
Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu”.
(Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Rasulullah SAW bersabda, ” Para malaikat akan selalu bershalawat ( berdoa ) kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia’”(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)
7. Orang – orang yang melakukan shalat Shubuh dan ‘Ashar secara berjama’ah.
Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’,mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat”
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’”
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., Shahih Muslim no. 2733)
9. Orang-orang  yang berinfak.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’”
(Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)
10. Orang yang sedang makan sahur.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa) kepada orang-orang yang sedang makan sahur” Insya Allah termasuk disaat sahur untuk puasa “sunnah” (Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib watTarhiib I/519)
11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan diwaktu malam kapan saja hingga shubuh”(Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, “Sanadnya shahih”
12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain”
(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343).
Semoga kita tergolong orang orang yang selalu dido'akan oleh beliau..
Dan semoga bermanfaat