Kamis, 27 Februari 2020

Posisi Telapak Kaki ketika Sujud, di Rapatkan atau di Renggangkan

Posisi Telapak Kaki ketika Sujud, di Rapatkan atau di Renggangkan: Salat merupakan salah satu rukun Islam yang telah rukun dan syaratnya oleh Allah dan Rasul-Nya. Karena itu dituntut untuk sesuai dengan kaifiyat Rasulullah Saw sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Malik bin al-Khuwairits

Rabu, 19 Februari 2020

Rasulullah ﷺ Mengenali Ummatnya Diakhirat.

Rasulullah ﷺ Mengenali Umatnya Diakhirat
Berita Kita-  Nabi shalallahu alaihi wasallam menjelaskan dalam sebuah hadits yang berbunyi:
وَدِدْتُ أَنَّا قَدْ رَأَيْنَا إِخْوَانَنَا. قَالُوا : أَوَلَسْنَا إِخْوَانَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، قَالَ : أَنْتُمْ أَصْحَابِي ، وَإِخْوَانُنَا الَّذِينَ لَمْ يَأْتُوا بَعْدُ . فَقَالُوا : كَيْفَ تَعْرِفُ مَنْ لَمْ يَأْتِ بَعْدُ مِنْ أُمَّتِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ فَقَالَ : أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ رَجُلًا لَهُ خَيْلٌ غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ بَيْنَ ظَهْرَيْ خَيْلٍ دُهْمٍ بُهْمٍ أَلَا يَعْرِفُ خَيْلَهُ؟ قَالُوا : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ ، قَالَ : فَإِنَّهُمْ يَأْتُونَ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ الْوُضُوءِ وَأَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ
Saya berharap bahwa kami sudah bisa melihat saudara-saudara kami”. Mereka (para sahabat) berkata: “Bukankah kami adalah saudara-saudaramu, wahai Rasulullah ?, Beliau menjawab: “Kalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudara kami adalah mereka yang belum datang (lahir) saat ini”. Mereka berkata: “Bagaimana engkau mengetahui orang yang belum ada saat ini dari umatmu, wahai Rasulullah?, Beliau menjawab: “Tidakkah engkau melihat, jika seseorang memiliki kuda bertanda putih pada muka dan kaki-kakinya berada diantara kuda-kuda hitam pekat, tidakkah ia bisa mengenal kudanya ?, Mereka menjawab: “Ya, wahai Rasulullah”. Beliau bersabda: “Mereka akan datang dengan wajah putih bersinar dan kaki tangan bercahaya pada bagian air wudhu, dan saya menunggu mereka di Telaga. (HR. Muslim 249)
Dari ayat dan hadits di atas, kita bisa mengetahui bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mengenal umatnya melalui dua perkara, yang pertama adalah pada hari kiamat umat Islam dipanggil bersama pemimpinnya, yaitu Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam; darinya Nabi Muhammad mengenal umatnya.
Yang kedua adalah tanda putih bercahaya pada wajah, kaki, tangan yang merupakan tempat air wudhu, sehingga tanda tersebut menjadi pembeda dari umat manusia yang lain.
Semoga kita semuanya adalah orang-orang yang dikenali Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan mendapatkan minum dari telaganya… Amiin. Wallahu’alam.


Berjama'ah itu Rahmat, Berfirqah itu azab

 AL JAMA'AH ITU RAHMAT WAL FURQATU ADZAB


RAHMAT ALLAH BESERTA ORANG YANG BERJAMA’AH


(1) Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

 وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَهُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ وَالظَّالِمُونَ مَا لَهُمْ مِنْ وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ {الشورى:8}

"Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja), tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang  yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dan tidak pula seorang penolong.” (QS.Asy-Syuura:8)


(2) Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

 وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلاَ يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ . إِلاَّ مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لأَمْلأَنَّ جَهَنَّمَ مِنْ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِين

َ{هود:118-199}

“Jika Tuhanmu menghendaki tentu Dia menja dikan manusia umat yang satu tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu (keputu san-Nya) telah diputuskan. Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (QS.Hud:118-119)


 (3) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَ اْلفُرْقَةُ عَذَابٌ 

"Jama’ah itu rahmat dan firqoh itu adzab.” (HR.Ahmad  dari Nu’man bin Basyir, Musnad Ahmad:IV/278, Silsilah Ahaditsush Shohihah No.667)


PERPECAHAN ITU ADZAB


(1) Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

 قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ {الأنعام:6}

"Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan adzab kepadamu, dari atas kamu  atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhati kanlah, betapa Kami mendatangkan kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami (nya).” (QS.Al-An’am:65)


(2) Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

 إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ{الأنعام:159}

"Sesungguhnya  orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (QS.Al-An’am:159)


(3) Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

 وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِي. فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ. فَذَرْهُمْ فِي غَمْرَتِهِمْ حَتَّى حِين ٍ{المؤمنون:52،53،54}

"Dan sesungguhnya (agama) tauhid ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada KU. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka menjadi terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka  biarkan lah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu.” (QS.Al-Mu’minun:52,53, 54)


(4) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda:

 اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَ اْلفُرْقَةُ عَذَابٌ 

"Jama’ah itu rahmat dan firqoh itu adzab.” (HR.Ahmad  dari Nu’man bin Basyir, Musnad Ahmad:IV/278, Silsilah Ahaditsus Shohihah No.667)


Mu’adz bin Jabal Radliallahu ‘anhu berkata:

(5) صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا صَلاَةً فَأَطَالَ فِيهَا فَلَمَّا انْصَرَفَ قُلْنَا أَوْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَطَلْتَ الْيَوْمَ الصّلاَةَ قَالَ إِنِّي صَلَّيْتُ صَلاَةَ رَغْبَةٍ وَرَهْبَةٍ سَأَلْتُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لأُمَّتِي ثَلاَثًا فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَرَدَّ عَلَيَّ وَاحِدَةً سَأَلْتُهُ أَنْ لاَ يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُ أَنْ لاَ يُهْلِكَهُمْ غَرَقًا فَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُ أَنْ لاَ يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ فَرَدَّهَا عَلَيَّ 

“Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  melaksanakan shalat lalu beliau memanjangkannya, maka ketika telah selesai kami (para sahabat) bertanya: Ya Rasulullah pada hari ini engkau telah memanjang kan shalatnya.” Beliau menjawab: Sesungguhnya aku telah melaksanakan shalat dengan penuh suka dan duka, aku memohon kepada Allah Azza wa jalla  tiga hal untuk ummatku, maka Dia memper kenankan  yang dua hal dan menolak yang satu hal, aku memohon agar umatku tidak dikalahkan oleh musuh selain dari mereka (orang kafir), maka Allah memper kenankannya dan untuk tidak dibinasakan oleh banjir maka Allah memperkenan kannya. Dan aku memohon kepada-Nya agar ummatku tidak ber pecah belah tetapi Dia tidak memperkenan kannya.” (HR.Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majalah dalam bab Maa yakuunu minal fitan: II/464, At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi:IV/409 No.2175. Lafadz  Ibnu Majah)


PERPECAHAN ITU PERILAKU ORANG-ORANG MUSYRIK


(1) Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَلاَ تَكُونُوا مِنْ الْمُشْرِكِينَ . مِنْ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُون{الروم:31-32}

"Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS.Ar-Rum:31-32)


Yang dimaksud dengan kalimat “Jangan  kamu termasuk orang-orang musyrik” disini adalah jangan menyerupai perbuatan mereka yang suka memecah belah agama, mengganti, merubah, mengimani sebahagian dan mengingkari sebahagian yang lain. (Tafsir Ibnu Katsir:III/418) Maka ayat ini memperingatkan kepada kaum muslimin supaya tidak mengikuti firqoh-firqoh seperti orang musyrik sebab telah jelas bahwa semuanya dalam kesesatan yang nyata (Tafsir Abi Su’ud:VII/61).

 (2) Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

شَرَعَ لَكُمْ مِنْ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلاَ تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ{الشورى:13}


“Dia (Allah) telah mensyari’atkan bagi kamu tentang Ad-Dien, apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami (Allah) wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: “Tegakkanlah Ad-Dien dan janganlah kamu ber pecah-belah di tentangnya.” Berat bagi musyrikin menerima apa yang engkau serukan kepada mereka itu. Allah menarik kepada Ad-Dien itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petun juk kepada (Ad-Dien)-Nya orang yang kembali kepada-Nya.” (QS.Asy-Syura:13)

Kamis, 06 Februari 2020

Tiga Macam Pengawasan Allah Swt





3 Cara Allah Swt Untuk Mengawasi Manusia

1. Pengawasan langsung.
” Dan, Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya ” ( QS. Qaaf :16)
Maka, masihkah kita ingin berbuat kemaksiatan terus menerus? tidak malukah kita ? padahal Allah swt mengawasi kita begitu dekatnya, tanpa lengah selama 24 jam penuh kapanpun dan dimanapun .
2. Pengawasan melalui malaikatNYA.
” Ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk disebelah kanan dan seorang lagi disebelah kiri” (QS. Qaaf :17)
Kedua malaikat ini akan mencatat segala amal perbuatan kita yang baik maupun yang buruk, yang besar maupun yang kecil, tidak ada yang tertinggal. “Catatan itu kemudian dibukukan dan diserahkan pada kita di hari akhir nanti”(QS. Al_Kahfi:49) Jadi, masihkan kita berfikir, bahwa kita bisa menipu Allah swt dengan segala tingkah kita? Masihkah kita berharap untuk lolos dari pengawasan Sang Maha Segala ?
3. Pengawasan melalui diri kita sendiri.
” Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka, dan kaki mereka memberikan kesaksian terhadap apa yang dulu mereka usahakan ” ( QS. Yaasin :65)
Disaat nanti ketika kita meninggal dunia, maka anggota tubuh kita seperti kaki dan tangan akan menjadi saksi bagi segala perbuatan kita selama hidup.Kita takkan memiliki kontrol terhadap anggota tubuh kita ini. Ketahuilah Saudaraku, kita takkan pernah bisa lepas dari pengawasan Allah swt , dimanapun dan kapanpun, apakah saat kita berbuat kebaikan maupun berbuat kemaksiatan, Allah swt selalu berada didekat kita.
Yakinlah, sekecil apapun perbuatan kita semasa hidup, kebaikan atau keburukan, ketaatan maupun kemaksiatan, akan dicatat dan dipertanyakan kelak oleh Allah swt di Hari Perhitugan kelak.
Wallahu’alam...

Minggu, 02 Februari 2020

Abdurrahman bin Auf "iri" kepada sahabat yang telah wafat

Berita Kita - *Abdurrahman bin Auf “Iri” kepada Sahabat yang telah Wafat*

DIA adalah Abdurrahman bin Auf atau dengan nama lengkapnya Abdurrahman bin Auf az-Zuhri. Biasa dipanggil dengan nama Abdurrahman bin Auf. Ia salah seorang sahabat terkemuka dan termasuk sepuluh orang yang oleh Allah, dijanjikan masuk surga.

Selain itu, ia juga tergolong orang-orang pertama masuk Islam, ia juga termasuk enam orang ahlu syura yang dibentuk oleh Khalifah Umar untuk memilih khalifah penggantinya. Keutamaan lainnya, ia terkenal sangat dermawan, pemberani, serta cerdas. Abdurrahman termasuk salah seorang sahabat yang kaya raya dan dermawan. Ia wafat pada tahun 32 H.

Suatu hari Abdurrahman menangis sejadi-jadinya. Salah seorang sahabat bertanya kepadanya, “Mengapa engkau menangis seperti itu wahai Abdurrahman?”

Abdurrahman menjawab, “Sesungguhnya Mus’ab bin Umair lebih baik daripada aku. Ia wafat pada zaman Rasulullah, dan ia tidak meninggalkan secarik kain pun yang dapat digunakan untuk mengafaninya. Begitu pula Hamzah bin Abdul Muthalib. Aku sangat khawatir jika aku ini termasuk orang- orang yang didahulukan kesenangannya oleh Allah di dunia ini. Aku sangat iri pada para sahabatku itu. Dan aku sangat takut karena hartaku yang melimpah. Karena Allah akan memintai pertanggung jawaban atas hartaku itu.” []



Sumber: Ibrahim Abu Abbah. April, 1997. Hak dan Bathil dalam Pertentangan. Gema Insani.